Motivator itu ada dalam diri kita sendiri
Oleh Fitri
Astuti Wahyu Utami
Hari ini
seperti biasa, rutinitas saya mengajar para jagoan dan bidadari kecil di
sekolah. Biasa namun berbeda, seakan ada dorongan yang besar untuk meluncurkan roket
– roket harapan yang sudah saya genggam. Hari ini tepat 5 hari setelah bertatap
muka secara tidak langsung dengan Prof. Dr. Ir Imam Robandi, MT dalam sebuah
acara symposium nasional di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Beliau
adalah seorang guru besar Institut Teknologi Surabaya (ITS), motivator dan
penggerak pendidikan Muhammadiyah di Indonesia.
Well, first
sight I saw him when he walked around and took some pictures… “Oh, ini
professor nya, seriously? Gaul ya, bawaannya kamera DSLR hehehe tetep ya yang
diamati pertama kali kamera nya. Maklum dari sekian banyak professor yang
pernah saya temui, He looks so different.
Okay wait and see next!
Belum
berhenti saya terheran – heran. Kami sudah dibuat terperengah dengan sosok lain
yaitu moderator cantik yang memandu session pertama Ibu Dona Elvandari (guru SD
Muh Al Kautsar, Kartasura). Saya sepertinya tidak asing dengan wajah cantik
beliau, ya ketika kemah HW beberapa waktu lalu pastinya.
Prolog
beliau menceritakan kisah bagaimana mindset seorang guru sangat berpengaruh
dalam kesuksesan pembelajaran, cukup membuat saya tertegun sejenak, tersentak
manakala Prof Robandi sudah berada di depan audience dan meminta Bu Dona untuk
membaca sebuah script dialog tokoh fiksi “Brama Kumbara dan Mantili”. Suasana
gedung pun seakan terbawa setting drama yang hidup, dibawakan dengan luar biasa
oleh dua pengisi suara, seorang moderator dan main speaker. Berasa mendengarkan
drama radio yang sering saya dengarkan semasa anak - anak. What a hmmm ….
Session
pertama yang berdurasi kurang lebih 1,5 jam tidak begitu terasa, tepat seperti apa
yang saya pikirkan di awal Prof Robandi adalah sosok motivator yang berhasil
“menaklukkan” seluruh audience dengan performance yang memukau, layaknya
seorang vocalis band Ia berhasil menjadi pusat perhatian meskipun hampir sudut
depan panggung ia jelajahi. Sungguh setiap gerak – gerik beliau yang unpredictable membuat kami semakin
penasaran, selanjutnya …. selanjutnya dan selanjutnya, seolah beliau ingin
menunjukkan beginilah caranya menjadi pusat perhatian siswa ketika berada di
kelas. Ya, pembelajaran yang fun, joyful dan tentunya tidak membosankan.
Beberapa hal
yang tersirat dalam materi yang disampaikan beliau berjudul “Educating and Learning” bahwa seorang
guru harus paham dengan konsep compatibility
dalam membangun chemistry dengan
peserta didiknya. Guru dan siswa harus punya hubungan batin yang tidak hanya
diwujudkan dengan kesuksesan pembelajaran, namun bagaimana guru menjadi
insipirator terbaik siswa dalam menemukan nilai – nilai kehidupan dan
pembentukan karakter diri. Guru sudah selayaknya terus mengupdate diri dengan
keterampilan dan wawasan yang membangun.
Percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga diharapkan bisa
menyalurkan semangat dan energi positif tersebut kepada peserta didiknya.
Guru yang
baik tidak hanya baik dalam mengajar, namun mencakup 3 keterampilan “mengajar,
mendidik dan melatih” yang terintegrasi dalam nilai “Brain, Heart/Soul, and
Physic”
Ada 10
kecerdasan anak, berapa persen yang bisa teraktualkan?
Keterampilan
mengajar dibutuhkan guru dalam mengaktualkan kecerdasan kognitif/intelligent
siswa berkaitan dengan kemampuan verbal, spasial, membaca, menulis, berhitung.
dsb.
Keterampilan
mendidik sangat berpengaruh dalam perkembangan karakter siswa, guru harus bisa
menjadi contoh yang baik bagi siswa. Aktualisasi kecerdasan sosial dan
spiritual sangat dibutuhkan siswa dalam perannya sebagai makhluk sosial dan makhluk
individual. Guru Muhammadiyah sudah selayaknya menjadi kader dakwah yang mampu
mendidik siswa untuk bisa menempatkan diri dalam hubungan secara vertical maupun
horizontal, sebagai muslim yang berakidah lurus, bertaqwa, berilmu dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai muslim yang berakhlak
mulia serta bermanfaat bagi sesama muslim lain.
Keterampilan
lain yang tidak kalah penting adalah keterampilan melatih, guru yang baik mampu
memandu siswa untuk mengexplore setiap bakat yang dimiliki siswa, seperti
melukis, menari, bernyanyi, berenang, memanah, memasak, bermain alat music,
photografi, dsb. Berbagai keterampilan psikomotorik yang semakin dilatihkan
maka sedikit demi sedikit akan menjadi banyak. Hehehe … semakin terasah dan
optimal.
Contoh real
adalah Prof Robandi sendiri, beliau mampu menunjukkan bahwa keterampilan dan
kreativitas seseorang merupakan hasil dari proses belajar, sesuai dengan Dyers,
J.H. et al (2011) dalam paradigma
pembelajaran abad 21 kurikulum 2013 bahwa “2/3 kemampuan
kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik. Kebalikannya
berlaku untuk kemampuan kecerdasan yaitu 1/3 dari pendidikan dan 2/3 dari genetik.”
Pendidikan yang dimaksud adalah proses belajar yang dilatihkan setiap hari.
Saya dan beberapa audience lain pasti
sangat setuju bahwa Prof Robandi adalah sosok yang multi talent, mempunya banyak
bakat dan keterampilan, misalnya bisa nyanyi keroncong, nyanyi bahasa inggris, tilawah,
bermain music, berenang, drama, fotografi dan tentunya seseorang yang cerdas
secara intelektual. Apakah itu semua hasil yang instan dan tiba – tiba? Saya
yakin tidak, setiap keterampilan yang beliau miliki pasti melalui proses
belajar yang dilatihkan setiap hari. Hal ini lah yang seharusnya memompa
semangat kita semua untuk BERUSAHA
menjadi seperti beliau, karena sejatinya motivator terbesar itu adalah diri
kita sendiri, bagaimana menstimulasi otak dan hipofisis untuk mengaktifkan
hormon dan reaksi – reaksi kimia dalam tubuh kita sehingga menghasilkan energi
positif dan semangat untuk terus menjadi sosok yang lebih baik, lebih baik dan
lebih baik setiap harinya, dan sungguh indikator sebuah kesuksesan adalah “menjadi lebih baik”
Saya
termasuk orang yang mudah terinspirasi dengan orang lain, ketika banyak orang
yang selalu memotivasi saya dengan sebuah contoh, maka hal yang saya lakukan
adalah menerapkan konsep “ATM” yang diajarkan oleh Ustd Sutomo yaitu, amati –
tirukan – modifikasi. Seperti halnya Prof Robandi, menyukai fotografi itu
menyenangkan, saya bisa mentadaburi alam dengan kamera meskipun amatir dan
seadanya, membuat video dokumentasi kegiatan, dan menulis artikel merupakan
kegiatan positif yang bisa membangkitkan passion, kreativitas dan sense of thinking and writing.
Hari ini
saya berusaha dan mencoba menerapkan satu lagi hasil ATM, yaitu belajar menjadi
pusat perhatian di depan kelas ketika saya mengajar mata pelajaran IPA di kelas
5 sekolah dasar, pada materi “Gaya Gravitasi”, sungguh menyenangkan ketika bisa
berdiskusi dengan anak – anak mengenai luar angkasa, galaxy, terjun payung,
gaya tarik bumi, pesawat ulang – alik, bahkan hingga cara astronot buang air
kecil di pesawat luar angkasa. Selain dengan video – video yang menarik, peran
kita sebagai seorang guru dalam menghidupkan imajinasi dan rasa ingin tahu
siswa sangat diperlukan, menjadi aktor drama seorang astronot yang mengajak
anak didiknya pergi ke luar angkasa, dan tiba – tiba melayang di ruang hampa
udara. Menceritakan alam semesta dan menumbuhkan keinginan siswa untuk mempelajarinya,
dengan harapan suatu hari nanti akan terbentuk kader – kader muslim penerus Al
Battani, Al Sufi, Al Biruni, Ibnu Yunus yang bermanfaat bagi masyarakat.
Aamiin.
Hari ini
saya belajar satu hal lagi tentang pentingnya sebuah proses, bahwa pendidikan
bukan hanya tentang menjadikan anak pandai, namun bagaimana menginternalisasi
nilai – nilai kehidupan agar terbentuk karakter yang kuat. Sebuah misi perjuangan
yang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin, harapan besar bagi sekolah
dimana saya mengabdi saat ini, sebuah sekolah dasar Muhammadiyah yang belum
genap 5 tahun berdiri, berlokasi mewah (mepet sawah) di daerah Blimbing,
Polokarto Sukoharjo. SD Muhammadiyah Imam Syuhodo. Instansi pendidikan yang
satu naungan dengan PAUD Aisyiah Imam Syuhodo dengan tujuan pendidikan mencetak
santri yang taqwa, kreatif, dan peduli. Insyaa Alloh.
Pembiasaan
ibadah dan habitual yang baik sesuai syariat islam menjadi tonggak penting bagi
kesuksesan pendidikan sekolah – sekolah Muhammadiyah di Indonesia. Sungguh hal yang patut kita perjuangkan,
bagaimana mewujudkan pendidikan yang mengedepankan pembentukan karakter islami
sesuai dengan minat dan bakat siswa, Bismillah, bi idznillah.
Sepertinya
tulisan saya terlalu menggebu – gebu hehe, tidak masalah. Saya hanya sedang
memotivasi diri saya sendiri. Ayooo guru
– guru Muhammadiyah hebat, sejatinya motivator itu ada dalam diri kita sendiri,
mari kita luncurkan roket semangat dan energi positif kita untuk mencetak
generasi penerus perjuangan, insan cendekia yang tangguh dan berakhlak mulia.
Jazakumulloh
khoiran Katsiir …. Vielen dank, Prof!
Polokarto, Januari 12. 2017
Artikelnya simple tapi bermanfaat,Sukses selalu yah dan kalo ada kesempatan mampir dong saya buat artikel baru tentang Prestasi Jokowi Yang Jarang Diketahui
BalasHapus